TUGAS ILMU BUDAYA DASAR


HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN HARAPAN

A.  Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
            Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,  sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primate dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.

A.    Pengertian Harapan 

Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Allah SWT. 

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a. 

Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri. 

Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis. 

B.     Hubungan Antara Manusia dengan Harapan 

Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud. 
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi. 
Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit. 

Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :

1. Harapan apa yang baik 
2. Bagaimana cara mencapai harapan itu 
3. Bagaiman bila harapan tidak tercapai 
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan terwujud. 

C.     Faktor-faktor Tumbuhnya Sebuah Harapan      
Ada beberapa faktor yang menentukan tercapainya sebuah harapan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1.              Faktor Lingkungan Sosial 

 Lingkungan sosial Indonesia saat ini dapat disebut sebagai lingkungan modern, karena dalam hidupnya telah mengikuti pola hidup seperti di negara-negara maju yang modern. Namun, meskipun telah menjalani kehidupan modern, dalam hal-hal tertentu masyarakat indonesia masih mengandalkan pola hidup tradisional. Menurut Suriasumatri (dalam Thahar, 1999: 83) lingkungan sosial tradisional masih mengandalkan kekerabatan, orang-orang yang dianggap memiliki status masih terikat dengan turunan, dan mengandalkan pengalaman untuk ukuran kepakaran. Dalam hal mencapai harapannya, banyak orang menempuh cara-cara tradisional yang identik dengan kecurangan. Sebagian orang masih saja memanfaatkan hubungan kekerabatan untuk mendapatkan jabatan. Contohnya saja dalam sebuah sekolah, orang-orang yang menjadi pekerja dalam sekolah tersebut, mulai dari tenaga pengajar sampai pegawai hanya saudara dari kepala sekolah tersebut. Hal-hal seperti itu disebut nepotisme. Pada lingkungan-lingkungan pemerintahan biasanya kerap terjadi hal-hal yang demikian.
            Harapan-harapan masyarakat homogen sangat terbatas dan tergantung kepada lingkungannya sendiri. Seorang perempuan pedagang sayur di sebuah desa homogen, harapannya yang tertinggi adalah dapat memberi makan seluruh anaknya. Ia tidak berharap untuk membeli rumah besar dan jalan-jalan ke luar negeri. Harapannya tidak mungkin melebihi harapan sebagian besar anggota masyarakatnya.


2.              Faktor Ekonomi 

      Faktor ekonomi juga mempengaruhi setinggi apa harapan seseorang. Dalam masyarakat tradisional, nilai-nilai ekonomi hanyalah untuk dapat melangsungkan hidupnya. Nilai ekonomi dari suatu pekerjaan adalah untuk subsistensi, artinya bukan profesi yang menjadi tumpuan hidup. Sementara nilai kerja bagi masyarakat modern merupakan profesi dengan kerja keras menjadi tumpuan hidup yang mempunyai nilai tambah. Seseorang yang cukup ekonominya bisa memiliki harapan menempuh pendidikan dan tinggal di negara eropa atau luar negeri. Namun, seseorang yang hanya bisa makan sehari-hari atau yang ekonominya pas-pasan, bersekolah saja sudah sangat bersyukur, sehingga ia tidak memiliki harapan untuk menempuh pendidikan di luar negeri.

        
3.              Faktor Pendidikan 

Faktor pendidikan merupakan kunci dari segala kemajuan dan peradaban manusia. Untuk membangun bangsa yang mandiri haruslah melalui pendidikan yang tidak setengah-setengah. Pendidikan adalah konsekuensi logis dari hasrat untuk maju melalui upaya pembangunan. Kemajuan mustahil dapat terwujud dalam kondisi keterbelakangan pendidikan. Melalui pendidikan, harapan-harapan mausia Indonesia masa depan tentu dapat terwujud. 
Apabila seseorang berlatarbelakang pendidikan sarjana, ia bisa saja berharap mendapatkan kerja yang lebih baik dan menjadi pegawai negeri. Namun hal itu tidaklah berlaku bagi seseorang berlatarbelakang pendidikan SMP saja, harapannya hanya sebatas mimiliki pekerjaan yang dapat mencukupkan kebutuhannya. Ia tidak berpikir untuk menjadi pegawai negeri, karena ia sadar pendidikannya tidak akan terlampau dengan harapannya.

4.              Faktor Dorongan Kebutuhan Hidup

Manusia memiliki dua kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal itu disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemapuan berpikirnya. Tidak ada seorang pun memilki kemampuan dalam segala hal.
 Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu :

1. Dorongan Kodrat 

Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan. 

Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan. 

2. Dorongan Kebutuhan Hidup 

Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan ketenangan. 

Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia, yaitu: 

1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival) 

2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety) 

3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai 

(being loving and love) 

4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan 

(status) 

5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)

D.    Kategori Kebutuhan Manusia

a.       Kelangsungan  Hidup 
  Manusia melangsungkan  hidupnya  membutuhkan  sandang, pangan  dan papan (tempat  tinggal). Kebutuhan  kelangsungan  hidup  ini dibutuhkan oleh semua manusia, baik anak-anak, remaja, dan dewasa. Setiap orang sejak lahir ke bumi menangis mengharapkan diberi makan dan minum.  Kebutuhan  untuk melangsungkan hidup terus berkembang  sesuai  dengan  perkembangan hidup manusia. Sandang, semula  hanya berupa perlindungan/keamanan untuk  melindungi dirinya dari cuaca.  Tetapi  dalam  perkembangan   hidup manusia, sandang  tidak  lagi hanya sebagai perlindungan kemanan, tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain (kebutuhan tersier).
Kebutuhan papan adalah  tempat  tinggal  atau  rumah. Rumah adalah kebutuhan   primer manusia, karena rumah itu sebagai tempat berlindung dari panas, hujan, dan  sebagainya. Perihal mencukupi  kebutuhan pangan, sandang, dan papan, maka  manusia  sejak kecil telah mulai belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh  pangan, sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi.

b.   Keamanan      
 Keamanan adalah sesuatu yang ingin dirasakan setiap orang. Meskipun seseorang dapat melangsungkan kebutuhan hidupnya, jika ia tidak merasa aman, maka ia tidak akan bisa merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang konkret. Dalam  hal ini agama  sering merupakan cara memperoleh kemanan moril  bagi  pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya  dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.

c.   Hak  dan  Kewajiban Mencintai dan Dicintai
      Mencintai dan dicintai adalah hak semua orang. Setiap individu mempunyai wewenang untuk mencintai, tetapi tidak mempunyai hak untuk memilki segala yang dicintainya.
      Biasanya bila seorang telah menginjak umur dewasa, maka ia merasa sudah sudah saatnya terjun pada sesuatu yang disebut cinta. Pada saat seperti itu, remaja banyak berpikir bahwa ia telah sadar akan keberadaannya. Umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai dengan alamnya, termasuk masalah cinta. Karena persoalan cinta, hubungan antara anak dan orang tua sering menjadi tidak baik. Tidak hanya sebatas itu, karena persoalan cinta juga bahkan dapat merengut nyawa. Contohnya saja seorang pria di Jawa Barat nekat membunuh mantan kekasihnya karena perasaan cemburu. Hal-hal seperti itu semakin sering terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang.    


 d.   Perwujudan  Cita-cita
Manusia berharap dapat diakui keberadaannya dalam kehidupan bermasyarakat. Keberadaan seseorang biasanya sesuai dengan keahlian dan profesinya. Semakin tinggi profesi seseorang, maka akan semakin tinggi ia dianggap di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Setiap manusia dilahirkan dengan potensi atau bakat. Cita-cita dapat terwujud sesuai usaha individu itu sendiri. Jika ingin disegani dalam masyarakat, maka wujudkanlah cita-cita setinggi mungkin. Pada hakikatnya, manusia dalam hidupnya adalah berusaha memenuhi pokok harapan tersebut. Dengan memiliki harapan maka seorang manusia dapat dikatakan hidup, karena memilki keinginan untuk mencapainya.

E.     Strategi Mewujudkan Harapan
      Setiap individu pasti menginginkan harapannya selau tercapai. Namun, kita haruslah menyadari bahwa tidak selalu harapan itu dapat terwujud.
            Sekalipun usaha seseorang telah maksimal, Tuhan juga berpegang dalam terwujudnya harapan seseorang. Untuk mewujudkan sebuah harapan ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a.    Mengenali terlebih dahulu harapan kita.
b.   Kepercayaan terhadap diri sendiri.
c.    Menumbuhkan motivasi.
d.   Berusaha semaksimal mungkin.
e.    Pantang putus asa.
f.    Menyertai usaha dengan doa. 
Contoh-contoh hubungan manusia dan harapan:
Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.

Kesimpulan
        Harapan  berasal dari kata harap yang berarti keinginan agar sesuatu terjadi. Manusia identik dengan harapan. Setiap manusia pasti memiliki harapan dalam hidupnya. Harapan bersifat manusiawi. Harapan selalu mendampingi di manapun manusia berada. Manusia berusa dalam mendapatkan harapannya. Manusia bukan saja memilki harapan bersifat duniawi melainkan juga harapan akhirat. Manusia hendaknya menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap. Ada beberapa faktor yang menentukan tercapainya sebuah harapan yaitu, faktor lingkungan sosial, faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor dorongan kebutuhan hidup. Setiap individu pasti menginginkan harapannya selau tercapai. Namun, kita haruslah menyadari bahwa tidak selalu harapan itu dapat terwujud. Sekalipun usaha seseorang telah maksimal, Tuhan juga berpegang dalam terwujudnya harapan seseorang.

Menurut Kodratnya manusia itu adalah makhluk Soial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakatlainnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan Kodrat, dan dorongan kebutuhan hidup
Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan ilmiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh tuhan, Misalnya menangis, bergembira, berfikir, berjalan, berkata, dan lain lain. Dorongan Kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, ,bergermbira, dan sebagainya. Dan dengan kodrat inilah manusia memiliki harapan.
Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudaj kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacm macam kebutuhan hidup, kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat di bedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :
  1. Kelangsungan hidup (survival)
  2. Keamanan (safely)
  3. Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
  4. Diakui lingkungan (status)
  5. Pewujudan cita-cita (self actualization)
Kelangsungan hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir. Setiap bayi begitu lahir di bumi menangis, ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan makan dan minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia.
Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir, ia telah membutuhkan keamanan. Begitu lahir dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan, setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah di peluk ibunya setelah bertambah besar ia dilindungi. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang Nampak secaara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman.
Hak dan Kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban Dengan pertumbuhan manusia maka akan tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Karena itu tidak jarang anak anak remaja mengatakan kepada ayah atau ibunya “Ibu ini kok menganggap reny masih kecil saja, semua di atur!” itu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan hak dan kewajibannya


Status
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup, dalam lagu “untuk apa” ada lirik yang berbuny “aku ini anak siapa, mengapa aku ini dilahirkan”. Dari bagian lirik itu kita dapat mengambil kesimpulan. Bahwa setiap manusia yang lahir di bumi imi tentu akan bertanya tentang statusnya, status keberadaannya, status keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam Negara.\
Perwujudan Cita Cita
Selanjutnya manusia berharap di akui keberadaanya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiaannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.

Sumber :
https://ariefimam2.wordpress.com/tugas-ilmu-sosial-dasar/bab-11-manusia-dan-harapan/

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer